By. Agustiawan Hapsul Jaat
Sedekah kampung merupakan salah satu
budaya peninggalan/warisan penduduk asli Desa Peradong Simpang Teritip.
Perayaan sedekah kampung ini telah dilaksanakan secara turun temurun tidak ada
yang tahu asal usulnya. Perayaan ini biasa dilaksanakan penduduk Desa Peradong
tiap tahun bertepatan dengan bulan maulud dan biasanya acara ini berlangsung
selama 3(tiga) hari.
Pada hari yang telah ditetapkan,
seorang dukun sebagai pawang desa dengan dibantu oleh dua orang asistennya
memulai membuat batu pensucian (taber) dengan menggunakan bahan-bahan
tradisional serta dedaunan dan garu (dupa) dari kayu bolo (bambu). Menurut sang
dukun pada dahulu kala penggunaan dupa ini adalah sebagai alat untuk menarik
orang-orang Cina yang berdiam didesa tersebut agar memeluk agama Islam.
Setelah semua persiapan telah
dilaksanakan, sang dukun memulai dengan pembacaan mantera dan dilanjutkan
dengan pemberian tangkal (jimat), dimulai dari gerbang pintu masuk ke desa
sampai perbatasan akhir desa terdebut. Pemberian jimat ini dimaksudkan untuk
menangkal segala bentuk gangguan dari luar yang tidak menginginkan acara ini
berlangsung. Untuk diketahui pembaca, didalam pelaksanaan upacara ini terdapat
beberapa pantangan yang harus dipatuhi oleh semua orang yang mengikuti jalannya
upacara ritual ini. Pantangan-pantangan yang dimaksud adalah duduk diatas
pagar, bermain-main dengan lampu senter, duduk didepan pintu dan penggunaan
lampu blits camera. Apabila pantangan tersebut sampai dilanggar maka yang
terjadi adalah datangnya makhluk-makhluk halus yang mengganggu penduduk dan
mengubahnya menjadi kepulir (kepala dengan wajah menghadap ke belakang).
Setelah naber kampung dilaksanakan,
upacara ini dilanjutkan dengan ceriah (pemanggilan orang-orang kampung sebagai
pemberitahuan bahwa akan dilaksanakannya upacara adat. Setelah semua penduduk
berkumpul, upacara dilanjutkan menuju stan (makam para leluhur, dengan diiringi
alunan musik -musik tertentu. Tujuan mengunjungi acara ini adalah untuk meminta
izin kepada leluhur bahwa akan dilaksanakannya upacara adat. Setelah sampai di
sana, sang dukun kemudian duduk diatas makam bersamaan dengan dihidangkannya
bermacam jenis makanan khas desa, uang serta hewan peliharaan seperti ayam dan
bebek, lalu mulai pembacaan doa dan mantera. Setelah pembacaan mantera dan doa
selesai, penduduk naik ke atas makam dan memperebutkan ayam serta uang yang ada
diatas makam. Upacara kemudian dilanjutkan dengan silat yang dilakukan oleh 2
orang. Setelah selesai kemudian acara dilanjutkan kembali dengan makan bersama
disekitar makan hasil dari sumbangan para penduduk.
Setelah selesai meminta izin dengan mengunjungi
selama upacara awal telah selesai dan kemudian diselingi dengan acara musik
Dambus dan Campak serta nyanyian lagu-lagu daerah dan diiringi dengan tarian
yang dibawakan oleh ibu-ibu dan gadis-gadis penduduk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar