Rabu, 01 Mei 2013

Sedekah Kampung Peradong

 By. Agustiawan Hapsul Jaat


Sedekah kampung merupakan salah satu budaya peninggalan/warisan penduduk asli Desa Peradong Simpang Teritip. Perayaan sedekah kampung ini telah dilaksanakan secara turun temurun tidak ada yang tahu asal usulnya. Perayaan ini biasa dilaksanakan penduduk Desa Peradong tiap tahun bertepatan dengan bulan maulud dan biasanya acara ini berlangsung selama 3(tiga) hari.


Pada hari yang telah ditetapkan, seorang dukun sebagai pawang desa dengan dibantu oleh dua orang asistennya memulai membuat batu pensucian (taber) dengan menggunakan bahan-bahan tradisional serta dedaunan dan garu (dupa) dari kayu bolo (bambu). Menurut sang dukun pada dahulu kala penggunaan dupa ini adalah sebagai alat untuk menarik orang-orang Cina yang berdiam didesa tersebut agar memeluk agama Islam.


Setelah semua persiapan telah dilaksanakan, sang dukun memulai dengan pembacaan mantera dan dilanjutkan dengan pemberian tangkal (jimat), dimulai dari gerbang pintu masuk ke desa sampai perbatasan akhir desa terdebut. Pemberian jimat ini dimaksudkan untuk menangkal segala bentuk gangguan dari luar yang tidak menginginkan acara ini berlangsung. Untuk diketahui pembaca, didalam pelaksanaan upacara ini terdapat beberapa pantangan yang harus dipatuhi oleh semua orang yang mengikuti jalannya upacara ritual ini. Pantangan-pantangan yang dimaksud adalah duduk diatas pagar, bermain-main dengan lampu senter, duduk didepan pintu dan penggunaan lampu blits camera. Apabila pantangan tersebut sampai dilanggar maka yang terjadi adalah datangnya makhluk-makhluk halus yang mengganggu penduduk dan mengubahnya menjadi kepulir (kepala dengan wajah menghadap ke belakang).


Setelah naber kampung dilaksanakan, upacara ini dilanjutkan dengan ceriah (pemanggilan orang-orang kampung sebagai pemberitahuan bahwa akan dilaksanakannya upacara adat. Setelah semua penduduk berkumpul, upacara dilanjutkan menuju stan (makam para leluhur, dengan diiringi alunan musik -musik tertentu. Tujuan mengunjungi acara ini adalah untuk meminta izin kepada leluhur bahwa akan dilaksanakannya upacara adat. Setelah sampai di sana, sang dukun kemudian duduk diatas makam bersamaan dengan dihidangkannya bermacam jenis makanan khas desa, uang serta hewan peliharaan seperti ayam dan bebek, lalu mulai pembacaan doa dan mantera. Setelah pembacaan mantera dan doa selesai, penduduk naik ke atas makam dan memperebutkan ayam serta uang yang ada diatas makam. Upacara kemudian dilanjutkan dengan silat yang dilakukan oleh 2 orang. Setelah selesai kemudian acara dilanjutkan kembali dengan makan bersama disekitar makan hasil dari sumbangan para penduduk.


Setelah selesai meminta izin dengan mengunjungi selama upacara awal telah selesai dan kemudian diselingi dengan acara musik Dambus dan Campak serta nyanyian lagu-lagu daerah dan diiringi dengan tarian yang dibawakan oleh ibu-ibu dan gadis-gadis penduduk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar